Yang tak dapat kuterima adalah sisi bohong. Sedikit ko tp bohong sama saja dengan hilang feelingku yang baik-baik padanya. Sejahat itu mengaku menjadi orang lain. Atau sejahat itu mengunakan orang lain. Agar apa?

Kutanya; agar apa?
jujurmu yang kan jauh lebih berarti dari apapun di dunia ini.

Mulai dah salah fokus nih
Astagfirullah
Udahlah biasa aja syifa

Aku mungkin sedang merindumu ya Allah
Rindu dekapan bagaimana
Malamku menjadi syahdu
Meski ku sendiri
Meski semua terlelap
Meski semua melupakanku
Aku mungkin sedang jauh darimu
Perasaan gelisah yang kau tanam
Saat jarak membuatku
Terus meronta
Kehidupan yang sesungguhnya
Harus bagaimana?
Ku ingin menyederhanakannya
Dunia telah begitu rumit
Atau pikiran kita yang membuat demikian
Bukankah dunia seperti itu adanya
Aku merindu Kau ya Rabb
Sangat.
Tenggelamkan aku
Dalam luasnya lautan maafMu
Ampuni segala khilaf dan lalaiku
Aku lemah
Tiada daya
Aku tahu ini baru setengahnya saja
Aku ingin dikuatkan
Aku ingin menyelesaikannya dengan baik
Bantu aku Ya Allah
Bantu aku Ya Allah
Menyelesaikannya bersamaMu
Karena ku yakin ini semua
InsyaAllah di awali dengan Mu pun.
Semoga kau
Masih semogakan aku yang baik.

Tak ada yang mesti merasa paling hebat dalam mencintai.
Ku korbankan ini itu untukmu
Ku berjuang setengah mati karenamu.
Nyatanya.
Kau tak menemukan cinta sesungguhnya.
Yang sebenar-benar cinta.
Tak kan menaruh kecewa.
Pada anak yang sering membohongi orang tuanya.
Pada anak yang ribuan kali membuat tangis pelu ibunya.
Pada hamba yang masih lalai dari seruan-Nya
Nyatanya.
Kau tak menemukan yang demikian
Yang akan dengan lembutnya memaafkan
Pada ribuan lalai ataupun kesalahan
Jadi janganlah kamu merasa
Yang paling besar dalam mencintai
Saat kau selalu mengukur pada ujung batas kebahagiaanmu sendiri

Bolehlah, 9-9-19.  Atau 11-9-19, atau 19-9-19.

Malam itu kami berempat bertemu, sebuah pertemuan kembali sepercik kenangan kecil semasa sekolah dasar.
Aku, iciw, de iki dan gilang.
Kami mengobrol ini itu, kabar terkini dan juga tentunya mengaitkan pasangan dan masa depan.
Hal yang terus terngiang di pikiranku ialah ujaran gilang, katanya bahwa perempuan mah apalagi setelah kuliah? ya menikah kan?.

Manusia, beberapanya, sering membuat menikah menjadi tujuan hidup.
Seolah rol film kehidupan klimaksnya ada pada menikah, seolah kebahagiaan film hidup kita ada pada menikah.
Happily ever after. The end.
Seakan jika belum sampai bertemu pangeranmu, maka kisah hidupmu itu hanyalah bersambung.
Manusia, beberapanya, sering lupa atau tepatnya salah fokus akan tujuan hidup.
Mereka tau kematian itu akhir kehidupan, namun tak benar meyakininya.

Aku termenung, seberapa betulkah tujuan hidupku saat ini. Malam itupun aku tak sedang ingin berdebat perihal hidup, wanita, dan menikah. Aku sedang tidak ingin mendebatkan hal yang aku sedang mencarinya.

Kupikir ini mengenai peran, yang kita lalui seperti apa yang ada pada game-game itu.
Beberapa misi, check point, bonus, pengorbanan dengan menghabiskan apa yang telah dikumpulkan.
Benar, dunia yang fana ini hanyalah senda gurau.
Peran-peran yang Ia amanahi semestinya menjadi jalan agar semakin beriman dan taat.

Kadang aku bertanya,
Saat ini kita menyukai seseorang dan ingin untuk bersamanya. Namun bagaimana jadinya jika yang kita gadang-gadang baik untuk kita, sekufu dengan kita, cocok dengan kita tapi bukanlah yang Ia takdirkan bersama?
Mungkin jika tujuan kita hanyalah menikah saja, melepas status saja, kita akan kecewa.
Bahwa selepas menikah masih banyak episode kehidupan yang menanti diisi. Dan selepas menikah, kau tak mengarungi duniamu sendiri melainkan dunianya juga.
Berbagi peran.
Jika tujuannya melepaskan yang haram agar halal saja tentu sedikitlah yang didapat.
Banyak hal yang dapat menjadi kebaikan. Maka luaskanlah dari sekarang baik kebaikan itu dan ilmunya.

Semoga di anugerahi nikmat pasangan yang baik rupa dan akhlaknya. Aamiin

Yaelah lagi galau karena efek pms.
Haaaaah ingin teriak.
Kangen banget.
Udah segitu aja kok.
Cuma sebaris.

Mempertanyakan..
Apa iya semuanya berpasangan.
Mengapa tanyaku, tak ada jawabnya.

Halo,
halo,
halo,
bawa aku, ya?