Senin, 29 Juni 2015

Jika Mereka Dipertemukan

Juni 29, 2015 0
Sedikit pernah terbersit, bagaimana jadinya tokoh-tokoh fiksi yang kubuat dibeberapa cerita akan bertemu dalam suatu cerita. Mungkin dari mereka banyak yang protes dengan 'ending' cerita yang kubuat, karena banyak diantara cerita yang kubuat ialah tentang cinta dan kehilangan. Pasti orang yang mengikuti beberapa karya cerpen 'amatiran' ku membenarkan hal ini.

Bermula dari Rey dan Fania...
Rey dan Fania, tokoh fiksi yang mungkin bukan pertama kubuat karena waktu kecil aku pernah membuat cerita non-romance, akan tetapi yang membuat nama Rey dan Fania spesial ialah karena kenangan. Terlepas dari sejarah kehidupanku, cerita Rey dan Fania membuat aku bisa terus membuat cerita-cerita lainnya. Oh ya, skenario yang kuciptakan untuk Rey dan Fania hanya berakhir dengan 'jadian'. Sebuah cerita yang klise, dengan tujuan cerita yang biasa. Namun nyatanya tokoh Rey dan Fania tak akan pernah menjadi kata biasa dihidupku. Seri cerita mereka bisa dibaca disini.

"Tomi yang semu", Calista.
Cerpen tentang Tomi dan Calista bisa kuanggap spesial karena cerpen mereka berhasil di publish oleh tim majalah sekolah. Padahal dulu belum jadi layouter>,< jadi ceritanya dikasih surprise sama kakak kelas. Cerita tentang Tomi dan Calista adalah cerita pertama yang kubuat dengan sad ending. Ceritanya kayak gimana bisa di klik disini.

           "Kadang cinta datang begitu saja, pada siapa saja, dan kurasa ini bukanlah kebetulan. Aku percaya semesta telah merencanakannya." - Raiana Dev.
Cerpen dengan judul Beda itu Kita dan Cinta merupakan tugas membuat cerpen saat aku duduk dikelas 10. The main point di setiap karyaku lagi-lagi kehilangan. Kisah yang kubuat berlatar di Bali saat Rai yang meliburkan diri ditengah tugas kuliahnya. Lalu disana aku pertemukan Rai dengan Wira, seorang tour guide yang muda lagi tampan. Kemudian kubuat Wira jatuh cinta pada pandangan pertama, Raipun demikian.. tapi, Rai saat itu sudah punya yang lain. Disisi lain Rai pun merasa nyaman dengan Wira akan tetapi ia tak bisa mengusik fakta bahwa mereka berbeda. Singkat cerita, Rai pulang ke Surabaya dan beberapa bulan kemudian ia mendapati kabar Wira meninggal. Beberapa tahun kemudian Ia kembali lagi ke Bali untuk mengikuti proses ngaben, lalu kubuat Rai mengetahui niat tulus Wira selama itu. Cerita lengkapnya klik disini.

Era digital, cinta pun mendigital.
Digital Love. Kisah antara Olive dan Ijal yang kubuat ceritanya secara flash, waktunya hanya beberapa jam. Terinspirasi dari buku Kancut Keblenger saat itu yang baru naik cetak. Selain itu karena aku teringat banyak juga yang merasa tertipu dengan digital love nya. Untuk cerpen satu ini aku hanya menceritakan tentang kecewa dan kejujuran. Tidak ada rasa kehilangan lagi.


"Malaikat selalu pergi setelah mengerjakan tugasnya." - Cinta Semusim.
Dalam cerpen ini jujur saja aku tak sadar bahwa aku lupa memberi nama tokoh utama. Gegara mengambil sudut pandang utama tokoh utama dan keasyikan, jadinya begitu. Aku paling suka dengan kisah-kisah picisan masa SMA. Tentang cinta yang tak tersampaikan, perjuangan meyakinkan cinta, dan bagaimana dua remaja bisa begitu percaya jika cinta mereka akan bertahan lama. Nah, untuk yang satu ini ide ceritanya adalah tentang seorang remaja perempuan yang kuper kujodohkan dengan pria pintar menggemaskan. Langsung aja deh intip disini.

"Inginku, bisa melihatmu lebih lama, lebih jauh di tahun baruku ini."
 Saat menjelang ulang tahunku yang ke-15, aku tak sengaja terpikirkan untuk membuat cerpen seperti ini. Agak mengerikan karena Muthia -tokoh utama- harus kehilangan Kiki pacarnya. Ya lagi-lagi kehilangan. Namun ini lebih mengerikan karena Muthia harus kehilangan Kiki dihari lahirnya, Ingin baca? klik disini.

Cinta, Putih Abu, dan Harapan. 
Aku mengumpulkan 3 kata itu dalam satu judul Secret Admirer. Ini salah satu cerpen yang aku buat dengan akhir yang gantung. Dan rupanya aku lupa memberi nama lagi di cerpen ini, hanya nama ejekan dari Bintang yang bisa menggantikan namanya. Ah maafkan aku, upay.

"Sahabat kecilku, Evan." - Dina.
Bunga krisan, karena aku terinspirasi dari bunga tersebut jadilah satu buah cerpen. Kisah persahabatan semasa kecil yang ketemu gede di dalam sebuah angkutan kota. Karena tentang sahabat lama, maka aku kebanyakan bermain pada kilas balik. Pengen baca? klik disini.
 Abstrak. Religius. Di cerpen Bayangku.
Aku membuat cerpen agak abstrak. Spoilernya sih, jadi Galuh dan Anis itu saling menyukai. Dan, sebenarnya Galuh selalu disamping Anis, sampai akhirnya ia meninggalkan Anis saat Anis akan menikah. Cup, cup! Disini

Sebenarnya masih ada sekitar 3 cerpen lagi yang belum ditulis disini. Tapi aku ingin membayangkan dulu jika benar mereka dipertemukan dalam satu cerita. Mungkin mereka akan membuat klub dimana disana mereka membicarakan kisah-kisah mereka, dan - mungkin, memakiku karena telah membuat mereka pada akhir yang merana. Aku penasaran, ketika mereka benar-benar melanjutkan ceritanya (umm, mereka? bukannya aku yang dapat melanjutkan ceritanya?) mungkinkah Anis dan err... Upay bahagia dengan pasangan mereka sekarang?

Selain ingin menulis cerita mereka semua, jujur dilubuk hati, aku ingin segera mempersembahkan novel perdanaku pada mereka. Semoga saja niat ini bisa terus terjaga hingga draft novel dalam notebook-ku ini benar-benar menjadi nyata. Aamiin.

Sabtu, 27 Juni 2015

Love Cycle : I Love You

Juni 27, 2015 0

Hari ini aku mendapatkan sesuatu yang aku nanti. Paket love cycle dari gagasmedia edisi pertama akhirnya tiba. Yaaaay!! Aku lantas buru-buru menggunting dan merobek sampulnya. Dan tara! 2 buku dengan sampul yang manis telah ada dalam genggaman. Yaitu I Love You : I Just Can't Tell You karya Alvi Syahrin dan I Need You : I Just Can't Show You karya Yoana Dianika. Maka akupun segera memilih mana yang akan aku habiskan terlebih dahulu. Dan sebelum melihat alur love cycle, mataku telah terpana pada 3 kata yang membuat orang sering tersipu.

I Love You.

Lucu sekali, pikirku.
Kemudian aku melihat ucapan & tanda tangan dari si mpunya, Ka Alvi Syahrin (Omg setelah aku melihat foto dibelakang, rasanya ingin bertemu sekarang juga. Tahun ini akan genap 18 tahun tapi masih saja jiwa remaja. IYKWIM) dengan ucapan terima kasihnya yang begitu banyak.

Siang-sore-malam.

Aku sempatkan membaca lembar demi lembar kisah Daisy, Alan juga Violetta.
aku tersenyum geli ketika aku pernah merasakan hal yang sama dengan Daisy. Yaitu memuja cinta.

Aku begitu gemas dengan kak Alan yang sebenarnya ingin kujodohkan dengan Daisy.

Aku tak menyangka, sungguh, saat tau siapa lelaki brengsek yang ada pada masa lalu ka Ve.

Membaca kisah Daisy, membuat aku merasa beruntung dengan kondisiku saat ini.
Beruntung untuk memilih menghabiskan waktuku bersama keluarga, bermain dengan sahabat, mendengarkan cerita dari kakak, dan memiliki banyak mimpi yang harus diwujudkan dengan segera.
Memang kadang terbersit ingin memiliki seorang lagi yang spesial, tapi aku semakin yakin bahwa seseorang itu akan hadir pada saat yang tepat. Entah ada sihir apa yang membuat aku percaya bahwa cerita ini bukan saja skenario penulis, tapi aku yakin betul kalau yang paling baik akan mendapatkan yang paling baik pula. Dengan catatan ketika kita mau berusaha untuk jadi yang paling baik tadi.

Lalu aku membalikkan novel itu sehingga kini aku dapat melihat ilustrasi Daisy. Aku pun membaca kembali judulnya perlahan.

I Love You.
Maka dengan iseng aku berkata; I Love You Too. Dan aku benar-benar merasa puas bahwa hari ini telah membaca novel karya Kak Alvi. *Elap pipi*

Terima Kasih Kak Alvi. Tak sabar menanti karyamu selanjutnya! Dan aku pun tak sabar membaca seri selanjutnya; I Need You. KAK YOANAAA, tunggu ceritaku besok!


Jumat, 26 Juni 2015

Berawal dari Niat

Juni 26, 2015 0
Alhamdulillah, akhirnya gue bisa balik lagi ke blog.

Banyak banget kejadian-kejadian yang gue lewatin tanpa tulisan, dan itu membuat gue agak nyesel. Lo tau lah beberapa bulan kemaren gue masih menyandang predikat siswa tingkat akhir. Kegiatan-kegiatan sebagai siswa tingkat akhir tentu menguras tenaga dan pikiran gue, tapi asyik aja sih. Kadang gue ga percaya aja gue ngalamin pemantapan lagi tiap pulang sekolah, terus tiba-tiba ujian praktek-sekolah-UN. Duh berasa marathon!

 

Cerita nungguin hasil SNMPTN, Kelulusan, Pelepasan, terus harus berjuang lagi buat SBMPTN, naik angkot sendirian di Bandung karena mau ikutan Simak UI. Rasanya semuanya pengen gue ceritain sekarang sama kalian. Tapi gue mau bikin artikel khusus aja kalo soal SNMPTN & SBMPTN. Karena banyak banget hal yang bikin gue sadari dan pengen gue bagi sebagai pelajaran bagi adik-adik kelas gue tahun depan.

Oke, selanjutnya mau cerita apa?

Jadi setelah 9 hari berpuasa ini, gue belom tau mau diisi apa aja bulan ramadhan tahun ini. Kalo mau tau alur hidup gue selama 9 hari puasa ini adalah..

Sahur-subuh-tidur-bangun-nonton-mandi-dhuha-diem/tidur-dzuhur-tidur/main hp-ashar-mandi/ga- main hp-nunggu buka-maghrib-taraweh-pulang-nonton-tidur.

Kalo soal baca qur’an, gue selalu nyempetin di 2 waktu yaitu subuh sama abis taraweh, sisanya ya boleh dibilang gue tu angora banget lah. Lucu-lucu malesin gitu. Hahaha
Sebenernya gue tuh punya beberapa kegiatan yang pengen dilakuin di bulan puasa ini.

1.       Benerin/Ngisi Blog
Niat ini sih udah dari jaman gue abis UN. Tapi apadaya kalo ga niat-niat amat sih gabakal disisihkan waktunya juga, yakan? Nah berhubung sekarang banyak draft artikel juga, gue mungkin bakalan sering muncul di disini. Iya…. Mungkin.

2.       Jualan
Selama ampir 2 bulan ini, pokoknya abis UN aja deh, gue bener-bener gada pemasokan. Minta uang jajan tapi ga ke sekolah malah ga didenger. Bisnis pulsa gue juga udah berhenti semenjak mau UN. Ah, gue bener-bener kangen ngitung uang sendiri. Ngerasain gimana bahagianya dapet untung, nyeseknya dikibulin, ataupun rugi karena pada kasbon.

3.       Belajar design skirt
asdfgjhjh. Lebih pusing lagi saat liat di google images.
Ketika jiwa wirausaha gue muncul lagi, gue mikir sekarang mau usaha apa ya? Dan tetiba ketika melihat lucunya rok-rok panjang, gue jadi pengen bisa bikin rok seperti itu. Akhirnya gue searching dulu tuh pola-pola rok, dan gue semakin yakin kalo gue bisa usaha di bidang ini. Udah muncul dalam benak gue, kalo model rok yang ada di otak gue itu lucu, eh masalah muncul. Gue nyoba deh ngedesign rok, taunya, tuh gambar rok udah kayak gambar apa. Sedih rasanya ketika udah punya imajinasi/ide design tapi gabisa bikin itu semua menjadi nyata, seenggaknya pada selembar kertas. Jujur, saat itu juga gue memuji ivan gunawan dan para designer lainnya yang pada jago-jago gambar.

4.       Tamatin draft novel #fyuh.
Kalimat diatas udah semacam nasi aja. Biasa. Iya, gue nyadar banget pada diri gue kalo soal novel gue tuh janjiiii doang, dan belom bener-bener niat nyelesain draftnya. Padahal pernah ada suatu masa gue rajin banget nambahin draft novel, sampe akhirnya gue tenggelam sama kegiatan lain dan lupa kalo ada janin dalam notebook gue. Bahkan udah ada 3 draft novel loh, dan 2 diantaranya udah sekitar 50 halaman. Sebenernya yang bikin gue agak males dalam menyelesaikan novel adalah dalam proses browsingnya. Apalagi gue ga sepenuhnya nulis setting di sekolah aja. Iyalah ya.

5.       Eksperimen di dapur
Gue selalu berpikir buat ngelakuin sesuatu yang ada hasilnya. Yup, berupa karya. Nah sebenernya gue ga hobi banget sama masak. Gue cuma bisa ngikutin apa yang pernah gue lakuin saat masak sama temen. Dibanding masak makanan gue lebih seneng bikin kue. Tapi ya gitu, gue hanya ngelakuin sesuai mood aja dan resep yang ada. Ga niat banget eksperimennya.

6.       Jadi selebgram dadakan
Tiap gue liat insta, Alhamdulillah jadi banyak cewe-cewe hijab yang lucu-lucu menggemaskan gitu. Dari situ, gue kepincut buat ikutan gaya-gaya ootd (yang padahal ga kemana-mana). Tapi niat-hanyalah niat, karena beberapa alasan akhirnya gue memupuskan dulu niat satu ini karena ada satu alasan yang kuat, ga ada tukang fotonya.

Joyage dari Wolipop

Niat sih udah, tapi tanpa usaha semuanya hanyalah kata atau mungkin hayalan semata. Gue gatau kapan bisa bener-bener jadi orang yang bisa fokus (lagi) sama niat. Semoga kalo niatan jadi menantu mama kamu itu bisa jadi kenyataan. Bhahak.


Selamat nunggu buka, camaru!

#Latepost Dear Syifa,

Juni 26, 2015 0

19/11

Dear Syifa,
kamu harus ngerti kondisi kamu saat ini. Otak kamu+sinkornasi sama hatinya itu udah beda. Ga kayak waktu kelas 2 SMP. Cara belajar kamu mesti diubah, coba kayak waktu kelas 1 SMA. Plus tambahan kalimat: "Apa manfaatnya bagi saya?"
Dear Syifa, kamu gaboleh mendzolimi diri dengan belajar ditunda-tunda, ituteh dosa! kasian otak kamu pas nanti mau UAS, tanggal 2 Des.

Dibuat saat duduk dikelas 2 SMA.

Minggu, 14 Juni 2015

Ada yang lebih tabah dari bulan Juni

Juni 14, 2015 0

Ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, ialah ia, yang terus mencintaimu, meski kau tak pernah menyadari, dan selalu berjaga dalam kesedihan dan kebahagiaanmu.

Kembali, hujan mengguyur permukaan bumi setelah berhenti beberapa jam yang lalu. "Hujan di Bulan Juni…" Icha tersenyum-senyum sendiri saat mengucapkan kalimat barusan. Sudah 4 bulan ini ia memikirkan seseorang yang membacakan puisi karya Sapardi Djoko Darmono itu.

Betapa tidak ia langsung jatuh cinta, Icha yang amat mencintai sastra itu akhirnya bisa sekali jatuh pada orang yang bahkan tak ia kenal. Icha bercerita saat ia mengikuti lomba Bulan Bahasa di kotanya, ia bertemu dengan seseorang yang hingga kini terus ada dibenaknya. Saat itu ia juga membacakan puisi Hujan di bulan Juni. Icha terus mencuri pandang sembari menanti nomor lelaki itu untuk naik panggung. Dan 2 orang peserta setelahnya; yaitu setelah Melia, dan Zahra. Lelaki itu membacakan puisi, yang seolah-olah balasan dari puisinya.

Ialah yang menggeletar dalam doa-doamu, tanpa pernah kau menyadari, dan kau pun tentram karena merasa ada yang selalu menjagamu

Setelah kejadian itu, Icha diam-diam tertarik pada Hilmi. Ia berharap bisa tetiba dipertemukan kembali. 
Ia berdoa trus menerus pada Tuhan.

Tanpa pernah kau menyadari, ia diam-diam menjelma bayanganmu, hingga bahkan pun dalam sunyi kau tak lagi merasa sendiri.

Icha berharap saat mereka dipertemukan, itu merupakan waktu yang sudah tepat.

Ia, yang sungguh lebih tabah dari hujan bulan Juni, selalu berbisik lembut di telingamu, meski kau tak pernah menyadari, dan seluruh kenanganmu menjadi hangat dalam ingatan

Icha bercerita padaku, bahwa ia masih menunggu nama Hilmi itu hingga saat ini.

Saat kau terisak menahan tangis, ia yang lebih bijak dari bulan Juni, merasuk ke dalam dadamu yang disesaki duka, hingga kau semakin memahami: betapa airmata mencintai orang yang paling dicintainya dengan cara menjatuhkan diri

Ia jugalah yang menyelusup ke paru-parumu, tanpa sekali pun pernah kau menyadari, ketika kau mendadak tersengal oleh entah apa, dan segalanya tiba-tiba saja menjadi terasa lega

Walaupun dia tau, Hilmi yang ia lihat waktu itu tak pernah kembali pada tahun-tahun berikutnya.

Ketika senja, ia yang lebih arif dari bulan Juni, tanpa pernah kau menyadari, meruapkan hangat ke dalam teh yang tengah kau nikmati pelan-pelan, hinga kau merasakan sore begitu damai dan menentramkan

Ia jualah yang terus duduk di sampingmu, tanpa pernah kau menyadari, menemanimu dengan sabar memandangi cahaya senja yang perlahan memudar, dan kau bersyukur pada segala yang sebentar

Namun, sesungguhnya penantian yang Icha tunggu tak pernah terjadi. Icha tak pernah tau bahwa ia sebenarnya..

Dan ketika kau tidur, ia yang lebih arif dari bulan Juni, tak lelah berjaga: dihapusnya debu kecemasan yang berguguran dalam mimpimu

Tengah bermimpi.

Ada yang jauh lebih tabah dari hujan bulan Juni, lebih bijak, dan lebih arif, tetapi kau tak pernah menyadari, meski selalu ada di kesedihan dan kebahagiaanmu, karena ia tak henti-henti mencintaimu

"Sekarang bulan Juni telah sampai, cintaku pun rupanya masih sama. Hanya saja, aku harus merelakan dirinya yang telah pergi." ucap Icha, padaku malam itu.