Sabtu, 03 Maret 2012

The Teenagers (part 2)



[Belom baca part 1 nya? klik aja disini ]

Keesokan harinya,
Hari ini aku dianter Renal lagi. Sebenarnya sih belom mau ketemu Renal, terlebih karena semalem tuh! Tapi dengan alasan malas bareng Ayah, aku paksain aja nge-iya-in ajakan Renal. Sikap dingin Ayah tuh, wuih bikin mati kutu deh. Belom lagi kata-katanya yang kebanyakan pedes, kaya tadi pagi sebelum berangkat sekolah.
“Yah, aku berangkat sama Renal aja” kataku sambil mengolesi roti.
“Renal anak band itu? Untuk apa kamu masih berhubungan dengan dia.” Kata Ayah dengan nada ketus.
“Memangnya kenapa sih? Apa menurut Ayah, anak band itu biasa dengan pergaulan bebas?” tanyaku heran sambil mengerutkan dahi.
“Ya, Riska! Kamu sendiri sudah tau  jawabannya, kenapa masih saja diteruskan?” kini Ayah melihat dengan tajam kearahku.
“Beda, Yah! Aku sudah lama mengenal Renal. Dia berasal dari keluara baik-baik. Dan walopun dia anak band dia tak pernah berhubungan dengan segala sesuatu tentang pergaulan bebas” belaku.
“Pokoknya, kalo kamu mau punya pacar lebih baik jauh-jauh dari anak band itu!” ucap Ayah dengan penuh amarah.
“Terserah Ayah.” Kataku sambil berlalu dan langsung keluar rumah menunggu Renal menjemput.
Masih pagi udah pada saling teriak. Emosiku semakin bergejolak. Aku tak terima Ayah berkata demikian tentang Renal. Aku tau anak band lebih dekat dengan –pergaulan bebas- tapi aku tau, Renal takkan pernah mendekati segala hal mengenai itu, karena orangtuanya pun sebenarnya berprinsip sama dengan Ayah juga Bunda.
Kini bel sudah berbunyi, konsentrasiku agak menurun sejak tadi pagi. Aku memang sudah 2 tahun mengenal Renal. Yah, cukup lama bukan? Aku bertemu dengan Renal seperti sebuah keajaiban saja, atau lebih tepatnya memang sudah takdir sih. Hehe,
͚

Waktu itu, Fayra mengadakan acara ulang tahunnya yang ke-15. Fayra mengambil tema tradisional, yang berarti ngeharusin tamu-tamunya tuh pake pakaian adat. Acaranya dimulai jam 7 malam. Udah dari jam 5, aku dandan dengan berpakaian kebaya dengan konde plus aksesories lainnya yang lumayan bikin leher kerasa pegal dalam 15 menit saja. Untuk acara seperti ini sih, Ayah dan Bunda masih membolehkan aku keluar malam. Dengan syarat: bawa supir. Yep. Akhirnya dianter deh tuh, aku sama supir Ayahku yang dulu –sekarang udah engga- namanya pak Kasman.

Beberapa menit kemudian mobilpun melaju. Bismillah ya allah
Baru beberapa kilometer dari rumah, mobil sudah menunjukkan ketidakberesannya.
“Eh..eh.. Pak ini mobilnya ko gini?” tanyaku dengan agak waswas.
“Emang gini Non, mobilnya suka joget. hehe” jawab pak Kasman dengan tampang polosnya. Jawaban yang aneh, pikirku.
Sesaat aku diam kembali, kulihat jam, kini tepat 6 sore. Aku pun meminta pak Kasman mempercepat perjalanan ini. Namun, suara-suara ketidakberesan pada mobil inipun kembali terdengar. Dan akhirnya… mati.
“Tuh pak, gimana ini? Emangnya bapak tadi ga meriksa dulu mesinnya pas mau nganter Izka?” tanyaku kesal.
“Maaf, Non, engga. Tadi bapa ketiduran, pas disuruh bangun udah mau berangkat” kata pak Kasman dengan nada menyesal.

Yah, mau digimanain lagi kan? Kini sudah maghrib. Sapuan angin mendadak agak membuatku merinding. Dengan alasan menghindari kejadian mistis, akupun segera menelfon Fayra.
“Assalamualaikum, Raaa.. bantuin aku!!!” kataku setengah panik.
“Waalaikumsalam. Kenapa, Ka? Kamu dimana sih? Sejam lagi mulai nih,” tanya Fayra yang sama paniknya.
“Mobilnya mogok, Raa. Aku pake apa dong kesananya?” tanyaku lagi.
“Hah?! Mogok dimana?” Tanya Fayra yang sekarang ikutan panik.
“Di jalan Margadarma, Raa, masih jauhh” ucapku sedih.
“Aduh, Ka. Kalo bisa sih aku jemput kamu. Tapi tamunya udah pada datang nih. Terus..”

Saat itu tiba-tiba kulihat seseorang yang mengendarai motor mengenakan pakaian adat. Aku melihat dengan seksama dan aku tau! Setelah hafal betul, segera kuhentikanlah motor itu dengan cara berdiam ditengah jalan. Otomatis si pengendara motorpun berhenti. Lalu tanpa sadar kumatikan telfonku.
“Eh, lu ngapain ditengah jalan gitu? Awas minggir!” bentaknya.
Dengan so kenalnya aku ngehampirin cowo tadi, sambil memperkenalkan diri

“Hai? Kamu Renal kan? Aku Rizka, kita sesekolah loh!” kataku dengan menutup rasa malu.
“Siapa? Rizka? Rizka mana yah? Perasaan gaada yang namanya Rizka deh disekolah gue” ucapnya sinis.

Anjiiiirr, Renal so so soaaaan! Pas MOS (Masa Orientasi Siswa) aja dia minta kenalan ama aku, sekarang? Awas luuu. Aduh tapi, kalo engga dibaik-baikin pake apa dong entar?
  
 [Thanks yang udah baca, next? in here]

Tidak ada komentar: