Minggu, 25 Maret 2012

The Teenagers (part3)





          “Renal, kamu mau ke ulang tahunnya Fayra kan?” tanyaku pelan dengan ekspresi sedih dan wajah yang sudah memerah karena malu.
         “Iya, napa? Mau nebeng?” jawabnya yang mungkin sudah sadar akan situasi ku.

Aku mengangguk. Tak lama dia menarikku dan menyuruhku segera naik ke motornya.

                Yihaaa, berhasil !



Setelah meminta pak Kasman untuk segera memanggil montir, dan bilang bahwa aku akan berangkat bareng Renal. Kamipun mulai menyusuri jalan.

Suasana dijalanan mulai agak ramai oleh orang-orang yang sibuk mencari jalan pulang. Ah, kota ini. Gak pagi, siang, sore, malam. Rame terus. Semoga ga kejebak jalan macet.
Dan kekhawatiranku benar.

          “Yah, gimana dong? Duh, kita udah telat tau. Kita mau jalan mana coba?” kataku dengan agak panik.
          “Suut, diem bisa kan?” katanya tegas.

Memang bener sih, disaat gini tuh sikap panik bukan jawaban yang tepat. Sabar, yang penting nyampe. Yang bawanya kan Renal, kalo apaapa ya salahin renal aja. hihi

Renal pun membelokkan motornya kearah gang yang kecil, sempit dan agak gelap. Aha, dia mengambil jalan pintas rupanya. Aku hanya diam sambil meraba-raba keadaan konde yang lumayan berat ini dan sesekali merasa bergidik melihat sekeliling yang tampak gelap. Alhamdulillah, kini sudah terlihat beberapa rumah. Tiba-tiba,

GEJLUG!
 PLUK!

Sekilas aku melihat sesuatu yang sudah semakin jauh dari ku.

Eh itu kan….

Aku langsung meraba kepala ku. Ah, rupanya benar! Kondeku jatoh gara-gara polisi tidur tadi. Motor sudah melaju jauh dari tempat tadi. Aku hanya bisa menunduk, sampai akhirnya tiba dirumah Fayra.
        “Kenapa lo? Eh itu konde mana, Ka?” untuk pertama kalinya dia nanya gue dengan kata Ka, Rizka.

Aku hanya menunduk sambil menggelengkan kepala. Aku berjalan dengan tertunduk lesu. Namun, renal yang merasa kasian padaku langsung menghiburku yang buatku itu garing banget. Tapi, karena usahanya, ya aku terpaksa tersenyum. Dan mulai dari situlah aku makin deket sama Renal sampe akhirnya dia nembak aku.

Bel pulang pun berbunyi, saat istirahat Fayra dan Tika mengajakku sepulang sekolah ke perpustakaan daerah yang tidak jauh dari sekolah untuk mencari bahan tugas kelompok kami. Aku menimbang-nimbang, ikut atau tidak. Dan kuputuskan untuk ikut saja, karena aku tau ini kan nyari bahan tugas.

Sesampainya di perpustakaan,
        “Tik, Ra, kalian nyari bahan berdua dulu ya. Udah pada tau kan?” tanyaku pada Tika dan Fayra.
        “Sipp, taulah,” jawab Tika sambil terkekeh.
        “Emang mau kemana kamu, Ka?” Tanya Fayra padaku.
        “Kayak yang gatau aja” jawabku sambil melengos dengan diiringi tawa Fayra dan Tika.

Aku berjalan kearah rak tempat novel-novel dijejerkan. Aku melihat, memlilih, dan mengambil beberapa dari novel yang tampak menarik minat bacaku. Setelah selesai memilih beberapa novel, aku segera menghampiri kembali Fayra dan Tika
.
1 jam, 2 jam kami akhirnya selesai mencari bahan-bahan dari buku yang diperlukan. Kulirik jam tanganku yang sudah menunjukkan 5 sore. Arah dari perpustakaan ini memang cukup jauh dari rumah. Bis juga sudah jarang.

         “Ra, Tik, gimana nih pulangnya?” tanyaku kebingungan.
         “Kamu enak Ra, Riz. Tinggal suruh Fadli sama Renal beres. Lah aku?” kata Tika berseru dengan muka cemberutnya
         “Tadi aku udah minta adli kesini, Renal gimana? Kalo bisa ya, kamu ikut ke aku ajalah, Tik” ajak Fayra.
          “Asiikkkk!” seru Tika. Aku hanya diam sambil menatap layar handphone. Sekarang sudah jam 5.30. kulihat kedua sahabatku itu dan Fadli (pacarnya Fayra). Kirim, engga, kirim, engga. Mmhh,

          “Nah, tuh datang!!” teriak Tika yang hampir membuat handphoneku jatuh karena kaget.
          “Eh, ko bisa ada dia sih?” tanyaku heran.
          “Lah, kamu yang ngehubungin dia kan?” tanya Fayra padaku yang sama-sama heran.

Kulirik Tika yang langsung tertawa geli.
          “Abiiss, kamu lama. Orang gitu aja, tinggal sms bilang anter” jelas Tika yang masih tertawa.

Dengan agak kesal aku menaiki motor Renal. Kulihat sekilah wajah Renal yang tampak kelelahan. Duh, pasti abis latihan. Si Tika sih, tapi gimana lagi kalo ga minta anter ke Renal?



Beberapa menit kemudian,
Motorpun berhenti tepat didepan pagar rumaku. Kulihat sosok yang kukenali  sedang berdiri dan menghadap kearahku. Akupun segera turun dari motor.
           “Udah, cepet masuk! Ayah kamu marah tuh” kata Renal.

Belom sepatah kata aku meminta maaf dan terima kasih, Renal justru langsung menyalakan motornya lalu pergi.

Ya allah, belom buka pintu pagar udah kerasa panasnya. Ini mau ke rumah apa neraka ya?

Aku melangkah selangkah demi selangkah sambil menunduk dan kini jarakku dan ayah sudah sangat dekat.
           “Habis dari mana lagi kamu sama dia?” Tanya Ayah dengan geramnya.
           “Aku abis nyari bahan tugas sama pinjem buku, Yah. Nih buktinya,” kataku sambil memperlihatkan buku dan novel yang kupinjam.
           “Alasan! pasti kamu main keliaran di kota” kata ucap Ayah ketus.
           “Gak, Yah. Aku tuh tadi sama Fayra dan Tika nyari bahan tugas ini”
           “Terus saja bohongi orangtua mu ini, tadi sama si anak band itu sekarang siapa tuh? Temenmu yang sama liarnya kayak cowok tadi!” kata Ayah sambil meninggalkanku.

Aku yang tak terima, tanpa sadar langsung membentak Ayah.
           “Ayah salah! Ayah tidak tahu mereka, dan Ayah tidak mau tahu. Ayah tidak mau berusaha mengenal mereka dengan mengobrol sedikitpun. Ketika Fayra dan Tika kesini, Ayah hanya sibuk di ruang kerja dengan berbagai kesibukan yang Ayah punya. Saat Renal kesini, ketika Renal ingin bersalaman pun Ayah tiba-tiba menghindar.” Ucapku dengan nada yang agak tinggi.

Ayah membalikkan tubuhnya, ia sudah siap melayangkan tangan kanannya..
          “Ayah!!” teriak Bunda yang tiba-tiba datang dari arah belakang Ayah.
          “Mau apa? Membela anakmu ini?!” kata Ayah ketus.
          “Rizka cepat ke kamar!” perintah Bunda padaku.

Aku segera berlari kearah kamar. Lelaaah. Aku tak ingin hidup lagi! Semuanya. Ini itu ga boleh. Lalu apa yang bisa aku perbuat di dunia ini? sayup-sayup, dari kamar kudengar Ayah sedang memarahi Bunda.
          “Dari dulu sampai sekarang, tak becus saja kau merawatnya!”

Aku menangis dengan kesal. Memang apa yang membuat aku begitu dikekang begini??

-----------------------------------
nah, kenapa tuh dikekang aja??
penasaran?
Next part yaa, cari aja deh ;)

Tidak ada komentar: