“Tuhan, Maaf, Kami sedang sibuk”
Merasa familiar dengan kalimat barusan? Yash! Sebetulnya
kalimat diatas merupakan salah satu judul buku yang populer karya Ahmad Rifa’i
Rifan. Nah di buku cetakan 2015 ini mendapatkan revisi, sehingga terdapat
beberapa bab yang ditambahkan dalam buku sebagai pelengkap dari edisi
sebelumnya. Disini kepengen aja berbagi 1% dari tiap bab nya meskipun nanti
akan ada beberapa tambahan opini dariku juga.
Bagian 1 : Menata Hati, Membenahi Nurani
“Tuhan, maaf, kami orang-orang sibuk. Kami memang takut
neraka, tetapi kami kesulitan mencari waktu untuk mengerjakan amalan yang dapat
menjauhkan kami dari neraka-Mu. Kami memang berharap surga, tapi kami hampir
tak ada waktu untuk mencari bekal menuju surga-Mu.”
Salah satu kutipan dari bagian ini, yang sudah menohok sejak
awal. Penulis menyadarkanku bahwa kita sudah sedemikian berani berbohong kepada
Allah, dimana makna iftitah yang
biasa kita ucapkan saat shalat?
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam.
Sementara kita masih tak adil kepada Allah dengan melalaikan
seruan-Nya, seolah kita tak mendengar. Dan banyak dari kita yang salah menempatkan takut. Ahmad
Rifa’i mengatakan bahwa seringkali kita justru lebih takut atasan kita marah
dibanding dengan Allah yang marah. Padahal Allah ialah Tuhan dari atasan kita. Kita
menghamba pada siapa?
“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan memasukinya. Siapa yang menaatiku akan memasuki surga, dan siapa yang mendurhakaiku maka dialah orang yang enggan masuk surga.” (HR Bukhari)
Selanjutnya penulis menuliskan do’a yang tentu ketika semua
pembacanya membaca maka menjadi do’a bersama. Do’a yang isinya permohonan maaf
kita sebagai hamba Allah.
“... Tuhan, maaf, selama ini kami terlalu sibuk. Kami terlalu sombong kepada-Mu seolah kami tak membutuhkan-Mu. Mohon cahayai hati kami, guyur jiwa kami dengan hidayah-Mu. Agar jiwa ini tawadhu’ di hadaoan-Mu. Agar jiwa kami ikhlas menuruti tuntunan-Mu. Agar diri ini tegar disaat yang lain terlempar. Agar jiwa ini teguh disaat yang lain runtuh.”
Sebagai perenungan, sebelum beranjak tidur malam, sejenak kita
diminta tanyakan hal ini pada diri:
- Andaikan ini tidur terakhirku, sudah siapkah aku menghadap Tuhan dengan diri saat ini?
- Andaikan ini hari terakhirku, dosa apa yang sangat ingin aku mintakan ampun pada-Nya?
- Andaikan ini hari terakhirku, amalan apa yang aku yakin sanggup menyelamatkanku di alam Barzah?
- Andaikan ini hari terakhirku, karakter apa dalam diriku yang membuat Tuhan mencurahkan rahmat-Nya padaku?
And this: Tetaplah produktif dalam berkarya dan beribadah,
biarkan tubuh ini beristirahat di tempat istirahat terbaik yaitu surga. Sebuah
goals yang haqiqi, bukan?
Terus kita harus
gimana didunia?
Jaman sekarang, stalking itu kadang bikin kita baper dan
malah membuat kita bandingin diri dengan hal yang gak perlu. Nah disini dikasi
tahu tuh 3 hal yang boleh dibandingkan dengan orang lain:
- Tekunnya ibadah
- Besarnya manfaat
- Dalamnya ilmu
Jadi jika ada yang lebih tekun ibadahnya, lebih luas manfaatnya,
dan lebih dalam ilmunya, maka berlombalah dengannya. Pun jika ada orang yang
lebih ikhlas pengabdiannya pada Tuhan, lebih banyak berkontribusi pada umat
maka berkompetisilah dengan mereka. Kemudian ketiga hal tersebut diiringi
dengan rasa syukur dengan apa yang telah kita miliki. Selain itu konsep syukur
ini seringkali terbalik. Kebalik gimana tuh? Kerap kita tuh bersyukur ketika
sudah ada barangnya. Justru konsep yang paling manjur adalah kita bersyukur
dulu baru Allah tambahkan nikmatnya.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa bangun di pagi hari dan
hanya dunia yang dipikirannya sehingga seolah-olah ia tidak melihat hak Allah
dalam dirinya, maka Allah akan menanamkan empat penyakit:
- Kebingungan yang tiada putus
- Kesibukan yang tiada berujung
- Kebutuhan yang tiada terpenuhi
- Khayalan yang tidak berujung
Inilah mengapa kita dianjurkan qiyamul lail, biar saat
bangun itu pikiran fokusnya ibadah baru aktivitas lain. Bukan buka hape dulu
dan scrolling gak jelas. Huhu, jleb.
Masih banyak sih yang pengen dibagi, nanti insyaAllah disambung
lagi ya. Kalo punya uang yaa mending beli deh bukunya atau baca e-booknya! hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar