Sabtu, 25 Oktober 2014

A Letter of Love

dari google
Hai, kamu...
Jutaan kali aku berpikir apa ini saat yang tepat, tapi kurasa cepat atau lambat aku harus memberitahumu yang terjadi saat ini diantara kita, atau mungkin padaku saja. Pertama, bisakah kau jelaskan apakah air hujan yang jatuh pun sebuah kebetulan? Saat itu aku menyadari, bahwa aku dan kamu ada disebuah jalan pada persimpangan yang sama. Sebuah persimpangan dengan 3 jalan dan kita berada di masing-masing jalan. Sisanya tinggal satu, dan akan kesanakah kita menuju?

Sedetik pun aku tak ingin pernah melewatkan lensa mataku yang tak menangkap bayangmu. Kau yang menyapu pelan pipimu yang berkeringat, saat itu kamu belum sadar, bukan? Bahwa ada sepasang mata yang tampak menikmati kegiatanmu itu. Lalu ketika mataku menelusur seluruh ruangan, dan hatiku masih saja menyeru namamu, ketika itu pula aku dipertemukan bayang kedua matamu yang tercetak diretinaku, yang kemudian membuatku kehabisan nafas dalam 5 detik. Mataku tak bisa berakomodasi dengan baik. Dan matamu belum juga lepas dariku. 5 detik.. Dan pada saat yang lain, saat aku tetiba melihat tepat padamu. Matamu pun bertumpu padaku. Aku mengalihkan sesaat pada yang lain lalu entah mengapa, seolah medan magnet itu dirimu, akupun melihat kembali padamu, dan kita masih saja saling mencuri-curi kebenaran. Hingga akhirnya aku yang memutuskan untuk menyimpannya kala itu. Aku takut rasa itu terendus dan tercium olehmu.


Banyak sekali aku berpikir, “apa aku tepat, atau ini semua sebuah kesalahan?.” Sejujurnya, aku tak dapat menjadi siapapun yang sering kau pikirkan. Aku masih ragu jika harus merubah segalanya menjadi yang bukan diriku. Kau pasti tau, aku bukan tipe wanita yang akan berbuat seperti itu. Kau juga pasti tau, karena proton itu melengkapi electron. Mengikat dengan ion yang sebaliknya untuk melengkapinya. Bisakah kita seperti itu? Kuharap kamu selalu bahagia, jika pada akhirnya bukan aku yang akan membahagiakanmu kelak.

Subang, 13 Maret 2014.

Tidak ada komentar: