dari google |
Hai, kamu...
Jutaan kali aku berpikir apa ini saat yang
tepat, tapi kurasa cepat atau lambat aku harus memberitahumu yang terjadi saat
ini diantara kita, atau mungkin padaku saja. Pertama, bisakah kau jelaskan apakah
air hujan yang jatuh pun sebuah kebetulan? Saat itu aku menyadari, bahwa aku
dan kamu ada disebuah jalan pada persimpangan yang sama. Sebuah persimpangan
dengan 3 jalan dan kita berada di masing-masing jalan. Sisanya tinggal satu,
dan akan kesanakah kita menuju?
Sedetik pun aku tak ingin pernah melewatkan lensa mataku
yang tak menangkap bayangmu. Kau yang menyapu pelan pipimu yang berkeringat,
saat itu kamu belum sadar, bukan? Bahwa ada sepasang mata yang tampak menikmati
kegiatanmu itu. Lalu ketika mataku menelusur seluruh ruangan, dan hatiku masih
saja menyeru namamu, ketika itu pula aku dipertemukan bayang kedua matamu yang
tercetak diretinaku, yang kemudian membuatku kehabisan nafas dalam 5 detik. Mataku
tak bisa berakomodasi dengan baik. Dan matamu belum juga lepas dariku. 5
detik.. Dan pada saat yang lain, saat aku tetiba melihat tepat padamu. Matamu
pun bertumpu padaku. Aku mengalihkan sesaat pada yang lain lalu entah mengapa,
seolah medan magnet itu dirimu, akupun melihat kembali padamu, dan kita masih
saja saling mencuri-curi kebenaran. Hingga akhirnya aku yang memutuskan untuk
menyimpannya kala itu. Aku takut rasa itu terendus dan tercium olehmu.
Banyak sekali aku berpikir, “apa aku tepat, atau ini semua
sebuah kesalahan?.” Sejujurnya, aku tak dapat menjadi siapapun yang sering kau
pikirkan. Aku masih ragu jika harus merubah segalanya menjadi yang bukan
diriku. Kau pasti tau, aku bukan tipe wanita yang akan berbuat seperti itu. Kau
juga pasti tau, karena proton itu
melengkapi electron. Mengikat dengan ion yang sebaliknya untuk melengkapinya. Bisakah
kita seperti itu? Kuharap kamu selalu bahagia, jika pada akhirnya bukan aku
yang akan membahagiakanmu kelak.
Subang, 13 Maret 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar