Akhirnya.
Mungkin kata itu yang paling sering kita dengar kala membaca
akhir suatu cerita. Maka sebetulnya, Akhirnya
ialah kata yang akan menjadi pembuka cerita baru lagi bagi kita.
dari google. Lucu sih |
Bila ditanya 1 kata yang menggambarkan tahun 2014. Maka kata
itu adalah, kekuatan. Jika kalian ingin membaca sebuah kisah remaja yang baru 3
bulan berumur 17 tahun, maka lanjutkanlah. Jika tidak maka loncatilah paragraf-paragraf
baku dibawah ini hingga kalian sampai pada kalimat terakhirnya saja.
Tak begitu ku ingat, bagaimana aku mengawali tahun baru.
Samar-samar, kurasakan akhir tahun 2013 kala itu Subang di guyur hujan; namun
semakin malam semakin mereda. Sama seperti sekarang, dirumah hanya bertiga, dan
–lagi- tak kemana-mana. Bukan suatu kewajiban juga untuk merayakan tahun baru
bagi keluargaku.
Seperti seorang remaja yang peduli masa depan, aku pun mulai
merancang beberapa goals dan yah.. jika
ditanya hasilnya, terkadang ‘belum waktunya’ memang menjadi pengobat dari kata ‘kalah’.
·
Belum waktunya juara osk
·
Belum waktunya juara kelas
·
Belum waktunya menerbitkan novel
Memang terkadang akupun selalu banyak alasan, terutama untuk
meneruskan draft novel yang terkantung-kantung. Aku tengah bertanya-tanya,
apakah aku kurang tekad?
“Sungguh mengagumkan keadaan seorang mukmin, seluruh perkaranya adalah baik; Jika ia diberikan kesenangan ia bersyukur, maka itu baik baginya; dan jika ia ditimpa kesusahan ia sabar, maka itu baik baginya. Dan hal demikian hanyalah bagi mukmin.” (HR Muslim)
Kadang Allah memberi cobaan bisa dengan 2 cara, yaitu
kenikmatan dan kesulitan. Awal puasa, aku ingat betul, saat itu Papapku
sakit masuk angin juga demam. Lalu entah kemudian ibuku ikut-ikutan sakit. Dan
sehari setelahnya, aku yang ikut-ikutan sakit. Muntah beberapa kali, sampai
akhirnya aku dilarikan ke rumah sakit. Kemudian yang dikatakan oleh dokter kala itu ialah aku mengalami dehidrasi berat,
sampai-sampai ketika dites darah –tes jumlah eritrosit- darahku keluar sedikit
sekali, sampai akhirnya tak bisa dicek gegara sudah membeku. Tak hanya aku,
ibuku pun dirawat juga seruangan denganku. Tadinya papapku juga ingin di infus
tapi dilarang oleh dokter karena tak ada yang menjaga aku dan ibuku. Aku juga
sempat khawatir, karena papap masih sakit kala itu, pernah suatu hari ketika
papap akan mencari menu berbuka, ia tetiba pusing berat. Ia bercerita bahwa ia
merasa hampir pingsan. Subhanallah, kami hanya bisa berdoa dan bertawakal.
Sampai akhirnya pada hari ke 4 kami dibolehkan pulang ke rumah. Alhamdulillah.
Sebelum umurku menyentuh 17, rupanya ada orang yang kucintai
menutup ceritanya dengan tergesa-gesa. Agustus 2014, kakekku meninggalkan kami
dan menyusul nenek yang 4 tahun lebih dulu dipanggil pada bulan yang sama. Kakekku
meninggalkan banyak ilmu yang kupetik secara langsung. Memang benar kata orang,
jika kamu ingin tahu seberapa bermanfaat orang itu bagi orang lain, maka lihat
saja saat pemakamannya. Dan, sungguh betapa bangganya aku mempunyai kakek seperti beliau,
sebagai pensiunan ABRI ia amat dikenal dengan semangat juangnya dalam membangun
masyarakat, ibadah, dan juga keluarga.
Bahagia memang selalu ada. Selalu. Ketika melihat
perekonomian keluarga membaik, diberi umur lagi, diberi kesehatan kembali, bisa
terus berkumpul bersama keluarga, sahabat, dan kembali bersekolah. Itu adalah
kebahagian-kebahagiaan yang tiada bandingannya. Semoga saja tahun depan aku masih
bisa menuliskan cerita tentang mengingat tahun 2015. Semoga banyak kebahagiaan
yang nanti kutuliskan disana.
Yang terpenting bagiku, lagi-lagi, semoga kedua orangtuaku
dipanjangkan umurnya, kakakku juga dilancarkan kuliahnya, semoga aku bisa jadi
maba ITB 2015, semoga sahabat-sahabatku bisa masuk ke PTN yang di harapkannya.
Dan semoga makin banyak orang yang menyayangiku. Aaamiin.
“The thing is, everything and everyone is a part of history – Alice.” (Truth or Dare, Winna Effendi)
Yap, setiap orang akan selalu menjadi bagian dari sejarah
kehidupan. Bagi orang yang dispesialkan dihatinya; salahsatunya, orangtuamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar