Kalimat awal dari buku ini mengatakan bahwa perempuan adalah pendamping terbaik laki-laki dan begitupun sebaliknya. Tak ada yang lebih tinggi juga tak ada yang lebih rendah. Ketika baca pun aku selalu teringat bahwa penulis ialah seorang ayah dari salah dua perempuan yang ku kenal hebat dalam bidangnya masing-masingnya.
Informasi Buku
ISBN : 978-623-7713-24-1
Tanggal Terbit : April 2018 (versi baru)
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Lentera Hati
Halaman : 426
Genre : Nonfiksi (fikih wanita)
Dalam buku ini terdiri dari 22 bab, mulai dari mengenali fitrah laki-laki dan perempuan, sampai perdebatan yang seringkali ditujukan mengenai kesetaraan gender. Perempuan seringkali diibaratkan perhiasan dunia. Standar kecantikan tiap negara berbeda dan menurut penulis, pada masa kini standar kecantikan lebih banyak ditentukan oleh media massa. Kalo di Indonesia gencarnya produk pemutih tentu jadi sinyal bahwa di negeri ini, cantik itu perempuan dengan kulit putih. Media memengaruhi kita sehari-hari baik itu perempuan dan laki-laki. Namun lebih dari kecantikan yang dapat dilihat, perempuan dengan fitrah yang diberikan oleh Allah, jauh lebih indah dari apa yang dapat dipandang.
Perempuan memiliki hormon cinta dan hormon keibuan, dimana hormon cinta yang dimaksud penulis adalah hormon estrogen dengan tujuan merangsang timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada perempuan; sementara hormon keibuan yang dimaksud penulis ialah hormon progesteron yang memiliki fungsi untuk memperlancar produksi air susu ibu. Dalam hidupnya, sebagai perempuan dapat mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Penulis tahu bahwa hal yang dialami perempuan tersebut terasa menyakitkan dan sungguh pergolakan hatinya (dan juga hormon) memengaruhi kehidupan. Namun keadaan yang menjadi fitrah dari Allah tersebut tidak menjadikan perempuan lemah, meskipun pada kenyataannya dalam keadaan lemah secara fisik, namun perempuan menikmati dan mensyukurinya. Seperti seorang Ibu yang melahirkan dan harus merasakan masa-masa berat dalam menyapih anaknya, tentu meski dalam keadaan lemah dan sakit, seorang Ibu tetap memberikan ASI pada anaknya. Adanya kedua hormon pada perempuan pun kadang bekerja sama dan ada masa juga berseberangan, menimbulkan beberapa keadaan yang membuat perasaannya tak menentu.
"Bagi perempuan, cinta adalah harapan, bahkan hidup adalah cinta, sehingga perempuan bersedia berkorban demi cintanya. Dia bersedia meninggalkan ayah dan ibu serta saudara-saudaranya demi mengikuti suami atau kekasih yang dicintainya. Bagi perempuan, pengorbanan demi cinta bukanlah kematian, melainkan kehidupan, karena tanpa cinta perempuan tak dapat hidup."
Mungkin pernah dari kita mendengar kutipan ini dari Erick F. Gray,
"Whatever you give a woman, she will make greater. If you give her sperm, she'll give you a baby. If you give her a house, she'll give you a home. If you give her groceries, she'll give you a meal. If you give her a smile, she'll give you her heart"
“and.. She multiplies and enlarges what is given to her. So, if you give her any crap, be ready to receive a ton of shit!”
Bahasan topik cinta dan keluarga pada buku ini lumayan padat. Takenotesku pribadi sebagai perempuan yang belum kawin dan menikah, untuk saat ini ialah memahami bahwa bukan tentang siapa orangnya. Karena dalam Al Qur'an bukan tentang siapa yang menyenangkan bagimu, namun 'pilihlah apa yang menyenangkan bagimu'. Maksudnya adalah kepada sifat-sifat yang dimiliki. Kemudian dari bahasan perkawinan kemudian pembahasan kawin yang macam-macam namanya, juga keadaan ketika seseorang sudah tidak harmonis lagi; yang mana semua bahasannya nambah iman. Jadi tambah yakin aja bahwa memang segala sesuatu itu telah ada panduannya. Kalau kamu pengen mengetahui perihal keluarga (kawin, talak dsb) mungkin harus baca sendiri. Bisa dibaca buat perempuan maupun laki-laki, baik yang sudah menikah maupun belum. Terlebih pada bab Bias Cendekiawan kontemporer, disini membahas beberapa persoalan diantaranya;
- Bagian anak lelaki dalam warisan dua kali bagian anak perempuan
- Kesaksian perempuan setengah dari kesaksian lelaki.
- Keharusan adanya wali bagi perempuan dalam pernikahan
- Kewajiban iddah bagi perempuan
- Izin memukul istri
- Hak perceraian berada di tangan suami
- Kewajiban nafkah hanya atas suami
Kemudian buku ini di tutup manis dengan beberapa kalimat dan juga do'a.
"Sudah saatnya perempuan, dengan cinta yang sangat besar potensinya dalam diri mereka, untuk meluruskan kembali makna cinta dan makna hidup, sehingga tidak ada lagi eksploitasi dalam bentuk apa pun, dan tidak ada juga halangan apa pun bagi mereka untuk tampil secara terhormat membangun masyarakat, bahkan umat manusia"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar