Sabtu, 24 Juni 2017

Merayakan perpisahan

Ada apa, mungkin ada yang salah dalam diri ini. Mengapa kita merayakan sebuah perpisahan? 
Ketupat, opor, baju baru.
"Nanti langsung mie ayam ya beres shalat ied"
"Nanti kita sekalian liburan"
.
.
Tidakkah malam ini, hati merasa teriris?
Begitu dulu sempat ku meminta jauhkan hamba dari dunia ketika ramadhan tiba. Kemudian diri ini dipertemukan dan sebesar apa pembuktian cinta kita akan kasih sayang Nya?
.
Diri ini tak memiliki apa-apa selain dosa. 
Amal-amal shalih yang kita banggakan bukanlah milik kita.
Kotor sekali, hina sekali, jika merasa bahwa setelah ini kita kembali fitri.
Padahal kita melakukan;
ghibah, zina (anggota badan), bahkan merasa telah lebih baik amalannya pun.
.
Hanya satu bulan dari 12 bulan. 
Hanya 10 hari dari satu bulan.
Hanya pada malam-malam ganjil dalam 10 hari.
Hanya ada satu malam dari 5 malam itu.
Yakinkah kita telah mendapatkan itu?
Takdir setahun kedepan telah Allah atur kembali pada malam lailatul qadr. Semoga Allah mengaruniakan kebaikan pada hidup kita yang fana ini.
.
Terbayang kah?
Saat nikmatnya beribadah di bulan suci, 
Saat diri fokus selalu mengingat kampung akherat,
kemudian teringat di malam ke 29 ini.
Bahwa kedepan, setidaknya jika diberi umur agar kembali ke bulan ramadhan, kita harus melewati 11 bulan penuh rintangan. Menghadapi dunia yang penuh tipu dayanya. Gentarkah?
Tak menangiskah kau?
.
Oh mengapa,
kita begitu lalai.
Bagaimana seharusnya,
kita merayakan perpisahan ini?

Tidak ada komentar: