Sabtu, 22 Desember 2012

Aku Sebodoh Cinta


Semuanya berawal dari keingintahuanku akan perbedaan sikapnya. Aku mencoba mengingat-ngingat kata sandi akun twitter nya. Dan, ah, berhasil rupanya. Kubuka mulai dari mentions sampai akhirnya ku klik direction messages. Betapa kagetnya aku, ada satu rantaian panjang percakapan antara Dara dengan siapa ini? @Ninno_nwsyh ?

Udah belom mandinya?
Kulihat waktu nya dan, ini masih baru. Sejam yang lalu, dan aku teringat lagi tentang kencanku yang gagal. Dara bilang, dia malas. Dia tak enak badan. Tapi, ini apa?
Akhir-akhir ini, aku dan Dara memang sedang mengalami masa berat dihubungan yang sudah berjalan selama 3 tahun. Kami sering bertengkar karena masalah-masalah yang kupikir ini sepele. Telat menghubunginya, lupa untuk pamit padanya sebelum tidur atau bisa juga lupa tak mengingatkan makan, dsb. Aku tak tau, mengapa perempuan seolah selalu mempermasalahkan hal-hal yang, sudahlah daripada dibahas nambah beban, bikin mumet kami para cowok. Betul kan?
Kumundurkan scroll bar. Tapi, mataku segera teralih saat suara PING dari BB ku berbunyi. Dari Tryan, sobat sekosanku. Kubuka file image yang dia kirim. Dan, kini napasku seperti terhenti untuk sepersekian detik. Ini, Dara dan cowok yang ada di gambar itu, cowok yang memakai baju garis horizontal besar berwarna merah-hitam-putih. Kulirik layar laptop yang masih menampilkan percakapan Dara dengan cowok bernama Ninno itu. Kuklik avatar cowok itu. Dan, ini benar-benar orang yang digambar. Mereka tengah tertawa bahagia, bersama.
Segera kumatikan laptop. Lalu, segera kucoba hubungi Dara. Tidak aktif!. Aku segera mengiriminya BM. Namun, sampai aku terlelap pun, esoknya tak kulihat satu pesan atau balasan dari BM ku sore kemarin.
͚
“Lo tau, Ji. Kemaren, gue juga sempet kaget gimana gitu. Gila aja, si Dara kayak yang udah pacaran lama sama tu anak. Akrab banget!” seru Tryan yang masih nyerocos sedari tadi.
“Tau lah. Dara udah berubah gitu, Yan.” Ucapku lemas dengan pikiran yang sudah tak karuan.
“Udah coba labrak Dara, belom? Kan, lo punya bukti Ji.” kata Tryan sembari menepuk pundak kananku.
“Percuma kayaknya, soalnya kalo aku sama dia berantem pasti harus aku aja yang ngalah. Kalo engga, ya, pasti putus.”
“Terus lo takut gitu buat diputusin sama dia?”
“Bukan gitu, ya, dia itu udah cocok banget buat aku. Segalanya udah klop sama aku. Bahkan kekurangannya pun ga aku anggap itu negative. Lo ngerti maksud aku kan? Masa aja sih ga.”
“Nih, bro. Lo tuh cakep. Cari aja kali cewe baru yang kayak dia.”
“Ga segampang itu, bego!” tukasku sembari menimpuknya dengan tas.
***
Aku melihat kelas Dara dari balik jendela. Kuperhatikan satu persatu, namun tak kudapati wajah putih dan bibir tipisnya disana. Jadi, dimana  dia sekarang?
PING!
Ah, dari Dara rupanya!

Aku ga ke kampus, gaenak badan yang

Aku terduduk dikursi kelas yang kosong. Entah, ini kelas siapa dan ruang apa. Sebenarnya hari ini, aku ingin menanyakan tentang cowok itu. Tapi, hatiku terenyuh dan khawatir juga saat dia bilang tak enak badan. Juga, tadinya aku ingin memberikan dia surprise. Tak apalah, biar nanti malam saja aku datang ke rumahnya.
Akhirnya jam 8 malam lebih, aku sudah sampai di pekarangan rumah Dara. Dara keluar dari pintu rumah dan menghampiriku. Dia langsung melihat kaget kearahku, mungkin sekaligus terharu.
Lalu, dia mengajakku untuk duduk. Dan, aku pun menyimpan kue ini di meja. Dia tersenyum manis sekali malam ini. Walaupun dia hanya mengikat satu rambutnya dan dengan setelan baju tidur. Dia tetap terlihat cantik.
“Tutup dulu dong mata kamunya,” perintahku.
“Oke, udaah,” serunya sembari memejamkan kedua matanya.
“Sekarang, tangan kamu yang kanan ke akuin.”
Kuraih tangannya, lalu kumasukkan cincin ini di jari manisnya. Dara membuka matanya,
“Jian?” tanyanya sembari melihatku dengan tatapan kaget. Mata cokelatnya tampak berkaca-kaca. Pipinya pun mulai memerah, ini membuatnya tampak semakin lucu.
“Happy birthday, Sayang.” Ucapku sembari tersenyum simpul.
***
Setelah ulang tahun Dara, hubungan kami memang membaik. Tapi, semuanya kembali lagi sampai 3 bulan kemudian, kejadian itu kembali terulang dan aku menangkap basah Dara bersama Ninno, cowok itu.
Dara melihatku yang memergokinya yang tanpa sengaja itu, dia hanya terdiam dan langsung menunduk kala cowok itu mengajaknya kedalam Restaurant. Rasanya hatiku sudah kelu, ingin marah namun tak bisa. Lantas aku meninggalkan mereka disana. Aku ingin sendiri.
***
“Ji, lo mau-mau aja ya digituin ama cewek lo! Udah ke GAP selingkuh eh lu nya biasa aja, ga marah ga apa, malah jadi lo yang ngerasa nyesel.” Celoteh Tryan.
“Gue cuma gatau harus berbuat apa, Yan. Gue udah terlalu sayang sama dia.” Kataku datar.
“Jadi yang dimaksud –Sayang- itu lo ngebiarin dia sama cowok laen gitu?” tanya Tryan berapi-api.
Ah, Tryan tak tau bagaimana hatiku sekarang. Aku sudah terlalu sayang padanya. Aku juga jadi bingung harus bagaimana. Antara tetap mempertahankan, tapi aku yang terus mengalah atau menyudahinya saja?
“Dara, mengapa kamu melakukan itu sih?” tanyaku dalam hati.
***
“Apa kamu bahagia dengan dia, Dara?” tanyaku gamang.
Dara masih terdiam, entah kini apa reaksinya saat kutanya begitu. Apa dia sedih, senang, kecewa? Entahlah. Aku, kini dadaku memang terasa sesak untuk mengucapkannya. Dan, aku ingin menangis bila aku tak ingat bahwa aku ini seorang cowok.
“Kamu mau kita putus, kan? Yaudah, kita.. putus aja,” kataku dengan tersenyum. Senyum yang terasa hambar.
Dia menatapku kaget, apa dia menyesal aku telah berbuat demikian? Memang, aku agak berharap dia bisa merajukku dan bilang bahwa dia hanya mencintaiku saja. Tapi, sampai dia berpamitan dan hilang dari pintu café itu, dia tak berkata demikian. Usai, mungkin memang sampai disini.
Beberapa hari kemudian, aku mencoba untuk melupakannya. Namun yang terjadi, aku dan dia malah sering dipertemukan oleh-Nya. Aku hanya mencoba berpositif thinking.
‘Rasanya, aku memang sudah terlalu terikat dengannya. Cincin ini. Kuharap, dia tidak membuangnya.’ Batinku.
Entah untuk keberapa kalinya aku merefresh timeline Dara. Kemarin-kemarin Dara masih mention nan dengan cowok itu, tapi kini, tak kulihat lagi. Ah, mungkin mereka sedang bertengkar ya? Mungkin cowok itu baru tau sifat Dara yang sesungguhnya. Namun, ada yang beda lagi, kini dia tampak selalu murung.
Sampai dua bulan aku melihat perkembangan Dara, tanpaku. Dan, sudah 2 minggu mereka tak terlihat bersama dan saling mention-nan di Twitter. Aku merasa ganjil. Lantas, aku membuka BB, dan menimang-nimang lagi,
“Re-Invite jangan ya…”
Aku terdiam sesaat sembari melihat-lihat kontak di BBM. “Ah, ketemu!,” teriakku.

Hey, Shil, ini aku Jian. Boleh nanya sesuatu?

Klik. Beberapa menit kemudian,

Eh, Jian. Boleh ko, nanya apa? Dara? :p

Aku menelan ludah. Hebat betul Shilla ini, apa dia sudah beralih profesi jadi peramal?

Iya.. hehe, ituu, dia… single?

Hahaha, iyaa. Kenapa emang?

Jantungku berpacu dengan kencang. Ya Tuhan, apakah maksudnya ini? Mengapa aku merasa senang dia sudah putus dengan cowok itu?

Engga, nanya aja. Hehe, makasih ya shil

Aku menatap layar monitor lagi. Kini, foto Dara yang kujadikan background membuat hatiku melayang lagi. Lalu, tanpa aku sadari, aku mengetik sebuah pesan kepada Dara. Dan, aku sadar setelah Dara membalas smsku.

Dara, aku gabisa hidup tanpa kamu. Aku, udah sayang banget sama kamu dan kamu tau itu kan?
----
Jadi, kamu mau kita balikan?

Aku langsung menelpon nya, rasanya hatiku seperti kembang api yang meledak bebas diangkasa. Ya, Dara mengangkat telpon nya dan, sudah lama sekali aku tak mendengarkan suara renyah ini.
Akhirnya, 1 jam setelah aku menelpon Dara, kami resmi balikan. Yah, memang aku pernah dikhianatinya, tapi rasa ini, cinta ini membuat akalku sudah tak berfungsi. Kini, hatiku yang mengambil alih. Aku tak merasa bodoh jika menerima dia yang telah mengkhianatiku, aku justru merasa bangga bisa melapangkan dadaku untuknya lagi. Baik, baik, aku memang cowok yang bodoh. Tapi, aku hanya percaya ini hanya sebuah garis dari Yang Maha Kuasa. Dari sang pemilik perasaan ini. 

Tidak ada komentar: