Selasa, 13 September 2016

Masih Menuliskan Mu

Jika kamu ingin tau, saat ini adalah saat-saat dimana aku teriakan rindu. Namun terlalu banyak ku berpikir tentang ketaklayakanku. Yang belum baik itu aku. Dan maafkan aku yang membuatmu tak nyaman dengan ke egoisanku. Ingin ceritamu, nasehatmu, perhatianmu, candamu. Semua itu ingin kumiliki saat aku tak bisa memberimu apa-apa. Beberapa hari yang lalu ibuku bilang, bahwa makna cinta setelah menikah ialah tak lagi tentang nafsu melainkan tubuhmu-tubuhku, aku mencintai tubuhmu seperti aku mencintai diriku sendiri. Khawatir yang banyak apabila kau belum makan, resah, capek, sakit, dsb. Aku pernah bilang bahwa kejarlah mimpi dan cita-citamu, karena aku sepaket dengan semua itu. Mimpimu adalah mimpiku, biar do'a kita pada Allah yang menggenapkan usahamu. Aku mungkin tak akan lagi menjadi cewek nakal, sotau, cuek, dsb yang sukanya mengganggumu. Aku malu sendiri, bahkan kau merahasiakannya untukku. Namun, kusendiri suka sekali menyebut mu. Dulu aku pernah berdo'a pada Allah, begini "Ya Allah jatuhkan hatiku, jatuh sejatuh-jatuhnya pada jodohku kelak". Terdengar mengerikan? Karena do'a itu aku takut akan mencintai seseorang dengan berlebihan, tapi ayolah, maksudku disana tak kesitu. Aku selalu menyangkal demikian, bahwa intinya semoga aku tak dijatuhkan pada lelaki manapun lagi, jika suka ya suka sebentar saja. Biarlah yang banyaknya kuberi untuk dia. 
Masalah hati memang bukan kita yang atur-atur, kita hanya bisa meminta diaturkan oleh-Nya, sang pemilik hati. Meminta atas kelemahan-kelemahan hati yang tak bisa diobati sendiri. Hati tak bisa disugesti. Hati itu urusan Allah. Sang Maha pembolak balikkan hati. 
Dan aku benar merasa bersyukur, ketidak seringan kita berkomunikasi membuat ruang untukku merasakan rindu. Hahaha. Astagfirullah. Sebenarnya gak boleh berlebihan, maafkan hamba Ya Allah, maafkan hati ini yang masih lalai. 

Bandung, 13 Sept 16

Tidak ada komentar: